IBADAH

BERBAGI BERITA IBADAH

MIMBAR YANG RELEFAN UNTUK KHOTIB ZAMAN SEKARANG. INI ULASANNYA...


Adapun asal kata mimbar (Alminbaru) adalah dari kata “Nabarossyai’a” yang berarti mengangkat atau meninggikan sesuatu. Dari sinilah dinamika “mimbar” karena tempatnya itu tinggi. Mimbar yang ada di Indonesia bentuknya mayorita hampir sama. Fungsi mimbar yaitu untuk menyampaikan khutbah pada sholat jumat, dan pada khutbah solat sunat lainnya namun demikian dinamika Islam juga mewarnai permasalah mimbar, pendapat pendapat banyak mengemuka dengan berbagai dalil, kesemuanya tentunya dalam rangka untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah kepada Allah SWT walaupun terkadang dengan berbagai perbedaan pendapat tersebut menimbulkan hal-hal yang lebih ektrim yang berujung pada keretakan sebuah hubungan antar muslim. Mudah-mudahan pada zaman sekarang kaum muslimin lebih dewasa menyikapi perbedaan-perbedaan ini.
Hadist yang berkenaan dengan Mimbar :
Aku melihat rosul SAW salat didepan mimbar, kemudian bertakbir menghadap mimbar, sewaktu rukuk pun masih demikian, kemudian Nabi pindah kebelakang mimbar, lalu Nabi Sujud pada asal mimbar yakni pada tanah tempat menancapkan tiang mimbar. Setelah sselesai solat, Nabi SAAW menghadap kepada kepada orang-orang seraya berkata :”Wahai manusia! Sesungguhnya aku membuat mimbar ini untuk kesempurnaan ku dan untuk mengajarkan kesempurnaan solatku kepada kalian (HR Bukhori).

Mimbar Rasululloh SAW terdiri dari tiga(3) tingkat bertangga. Rasululloh SAW berkhutbah pada tingkat tangga yang kedua, dan beliau duduk pada tingkat tangga yang ketiga. Adapun  dasar dalil untuk itu hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA yang panjang, diantaranya terdapat kalimat ” ....maka orang tersebut membuat untuk beliau mimbar dua tingkat dan beliau duduk pada tingkat ketiga...”
“Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Dan mimbar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pendek. Mimbar Beliau hanyalah tiga tingkat”. [HR Ahmad, 1/268-269. Dihasankan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washabi dalam kitab Al Jauhar Fi ‘Adadi Darajatil Mimbar, hlm. 61-64]
Dalam hadits lain disebutkan, bahwa mimbar Nabi itu dua tingkat, kemudian yang ke tiga tempat duduknya. [HR Ibnu Khuzaimah, no. 1777, dan lainnya. Lihat kitab Al Jauhar Fi ‘Adadi Darajatil Mimbar, hlm. 55-56].
Itulah dalil yang berkenaan dengan Mimbar.

Dalam hal ini kami akan membahas masalah bentuk mimbar yang sesuai dengan keadaan/kondisi khotib dizaman sekarang. Karena kebanyakan khotib dizaman sekarang menggunakan buku khutbah dalam menyampaikan dakwahnya.
BAGAIMANA MIMBAR YANG BENAR ?
Kami akan meperbandingkan mimbar A dan Mimbar B



Yang mana mimbar yang relefan dengan Khotib di Zaman sekarang? Gambar Mimbar A sangat banyak ditemui pada Masjid-Masjid di Indonesia. Kelemahan Mimbar seperti ini adalah khotib akan menjadi tidak percaya diri, mudah lelah karena memegang buku khutbah dan tongkat/tombak, hal ini bisa membuat konsentrasi khotib menjadi terganggu. Dizaman Rosululloh; rosululloh tidak membawa buku/kitab, sedangkan dizaman sekarang hampir semua khotib membawa buku khutbah, sehingga ini bisa menjadi beban bagi para khotib jika Mimbarnya seperti gambar A.
Mimbar pada gambar B sangat sedikit sekali di indonesia, karena kemungkinan  mimbar ini menyerupai Podium, namum khotib tentu merasa nyaman dalam menyampaikan khutbahnya dan yang lebih penting buku/kitab yang dibaca oleh khotib diletakkan pada tempatnya. Karena menurut ilmu kesehatan jasmani bahwa dengan tangan posisi tergantung tangan kita menjadi sangat berat jika pada jangka waktu yang lama.

Artikel ini adalah sebuah renuangan bagi kita, semua kebenaran hanyalah milik Allah SWT, kita sebagai umatnya yang dititipi akal oleh Allah SWT tentu harus kita pergunakan dengan sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan AllahSWT dalam menciptakan Makhluknya. Mudah-mudahan segala amal yang kita lakukan bernilai ibadah disisi Allah SWT dan menjadi suatu yang berarti bagi semua makhluk Allah SWT. Amin.
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "MIMBAR YANG RELEFAN UNTUK KHOTIB ZAMAN SEKARANG. INI ULASANNYA..."