IBADAH

BERBAGI BERITA IBADAH

Peta Politik Pilkada Jakarta. Menarik Untuk diSimak.... Siapa Pilihan Mu ?????


Barusan pada Jumat lantas drama pilkada (pilkada) DKI Jakarta merampungkan satu diantara babak yang utama, yakni pencalonan. Mulai sejak itu, peta politik pada akhirnya jadi terang-benderang. Pada injury time, nyatanya ada tiga pasangan calon yang diusung oleh tiga poros. 

Poros pertama, yang mendaftar paling awal, terdiri atas empat partai, yaitu PDIP, Partai Golkar, Partai Hanura, serta Partai NasDem. Poros ini mensupport calon inkumben : Ahok-Djarot. 

Poros ke-2, yang disebut-sebut sebagai poros Cikeas, terdiri atas Partai Demokrat, PPP, PKB, serta PAN. Yang mencengangkan, calon yang diusung adalah anak Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti, yang dipasangkan dengan Sylviana Murni. 


Poros ketiga adalah poros Partai Gerindra serta PKS. Mendekati penutupan pendaftaran, poros ini pada akhirnya mendaulat Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai calon yang mereka angkat. 

Menarik untuk mendiskusikan pasangan calon diluar inkumben. Kenapa Agus Harimurti-Sylviana Murni? Pertama, susah untuk dielakkan kalau sosok Agus adalah sisi dari kebutuhan politik keluarga Cikeas. Menyusul adiknya, Ibas, yang lebih dahulu terjun didunia politik praktis, Agus juga tidak ketinggalan diikutkan sebagai pelanjut keluarga politik SBY. Mengenai Sylviana yaitu birokrat yang sudah lama menekuni di birokrasi DKI Jakarta. 

Lantaran belum pernah diperhitungkan dalam bebrapa survey terlebih dulu, susah untuk menebak-nebak bagaimana kesempatan pasangan ini. Terlebih dengan belum ada pengalaman politik praktis dari keduanya, besar kemungkinan mereka bakal susah berkompetisi. 

Lalu, apa untungnya " berspekulasi” mendorong keduanya maju? Terlebih kedua-duanya mesti melepas jabatannya di militer serta pegawai negeri sipil. Dalam periode panjang, bukanlah mustahil keduanya disiapkan untuk bebrapa penentuan umum mendatang. Jikalau gagal di pilkada Jakarta 2017 mendatang, sekurang-kurangnya keduanya memperoleh ekspos dari media nasional sepanjang kurun waktu tertentu. Ekspos media itu jadi satu diantara modal politik untuk bertarung dalam penentuan umum legislatif 2019. 

Ke-2, lantaran juga di dukung oleh PPP, PKB, serta PAN, pencalonan Agus-Sylviana bisa diliat sebagai kiat memecah suara pendukung bukan Ahok. Simpel saja, karena diluar Partai Demokrat, ketiga partai itu yaitu partai pendukung Jokowi. Kemenangan inkumben erat hubungannya dengan memuluskan langkah Jokowi dalam penentuan presiden 2019 kelak. Lagi pula, bila dengan cara terang-terangan berdiri di barisan pendukung Ahok, hal semacam itu bakal beresiko pada tergerusnya basis pemilih tradisional ketiga partai itu. 

Yang tidak kalah menarik juga yaitu kenapa Anies-Sandiaga? Pertama, profil Anies adalah antitesis dari Ahok. Karakternya yang tenang serta santun bakal bikin pemilih yg tidak sukai gaya meluap-luap dari Ahok memilih pasangan ini. Terlebih dengan pernah jadi menteri di kabinet Jokowi, sosok Anies sudah mempunyai " nilai jual” yang pantas diperhitungkan. Mengenai Sandiaga yaitu pengusaha yang mempunyai jejaring usaha yang luas. 

Kedua, kemunculan Anies bakal memperluas segmen pemilih pasangan ini. Ceruk pemilih pasangan ini jadi bukan sekedar pemilih Gerindra serta PKS yang mempunyai ideologi Islam yang kuat, namun juga pemilih lain diluar itu. 

Ketiga, komposisi keduanya, menurut hasil survey paling akhir dari satu instansi survey, dianggap paling sedikit selisihnya dengan persentase elektabilitas inkumben. Dengan sisa waktu yang cukup panjang, bukanlah hal yang tidak mungkin kandidat ini bisa berkompetisi ketat dengan inkumben. 

Lalu, bakal jadi apa serta bagaimana pilkada DKI Jakarta ke depan? Yang pasti, pertarungan sepanjang lima bln. ke depan bakal sengit serta sudah pasti mengundang rasa penasaran banyak orang. Mengapa demikian? Pertama, tidak seperti pilkada di daerah lain, agar bisa menang di pilkada Jakarta, satu pasangan calon mesti mencapai minimum 50 % plus satu. Dengan tiga pasangan kandidat seperti ini, tak tutup peluang bakal berlangsung kian lebih satu putaran penentuan. 

Ke-2, walau disebut-sebut elektabilitas inkumben sampai kini masihlah lebih tinggi di banding calon lain, kecenderungan turunnya raihan persentase elektabilitas Ahok akhir-akhir ini jadi tandanya kalau persaingan masihlah terbuka lebar. Terlebih sampai kini Ahok tak pernah mencapai persentase begitu besar (lebih dari 70 %) dengan cara berkelanjutan seperti Jokowi waktu di pilkada Solo serta Risma di pilkada Surabaya. Diluar itu, terdapat data masihlah ada 25, 7 % pemilih yang belum memastikan pilihan. 

Oleh : Ikhsan Darmawan, Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI 
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Peta Politik Pilkada Jakarta. Menarik Untuk diSimak.... Siapa Pilihan Mu ?????"